Beranda | Artikel
Bersatullah dan Jangan Bercerai-Berai
Jumat, 18 November 2016

Khotbah Jum’at di Masjid Nabawi, 11Shafar 1438 H.
Oleh : Syekh Dr. Abdul-Muhsin Bin Muhammad Al-Qasim
Penerjemah : Usman Hatim

 
Khotbah Pertama

Segala puji bagi Allah. Kami memujiNya, memohon pertolonganNya dan ampunanNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah berikan petunjuk, tidak akan ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah biarkan sesat, tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hambaNya dan utusanNya. Shalawat dan salam semoga tercurah sebanyak-banyaknya kepada beliau, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Selanjutnya.

Bertakwalah kepada Allah – wahai hamba Allah – dengan sesungguhnya. Mendekatlah kepada Allah dalam kesendirian dan keramaian.

Kaum muslimin!

          Allah –subhanahu wa ta’ala- menciptakan Nabi Adam dan menugaskannya sebagai khalifah di bumi untuk beribadah kepadaNya.  Sepeninggal Nabi Adam, seluruh anak cucunya berada dalam ketauhidan dan kecintaan kepada Allah, lalu setan menggelincirkan dan membuat mereka menyimpang dari agama dan ketaatan kepada Allah sehingga bercerai-berai setelah sebelumnya utuh sebagai umat yang satu. Firman Allah dalam hadis Qudsi:

“خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ ” رواه مسلم

“ Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hambaKu semuanya hunafaa’ (bersih dari kemusyrikan), dan sesungguhnya mereka didatangi oleh setan-setan, lalu mereka disesatkan dari agama mereka” HR Muslim

Allah mencela mereka karena berpecah, maka ia mengutus para rasul kepada mereka untuk mempersatukan mereka kembali dan mempertemukan hati mereka pada kebenaran. Firman Allah :

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ [ يونس / 19 ]

“Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih, kalau sekiranya bukan karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu , pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu”. Qs Yunus : 19

Allah memilih Bani Israel dengan mengutus beberapa para nabi dan rasul dari kalangan mereka, namun mereka melanggar dan mencampakkan Kitab ke belakang yang akhirnya mereka berpecah menjadi berbagai golongan dan kelompok. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” إِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةَ، وَاَفَترَقتِ النَّصَارَى عَلٰى اثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةَ ، وَتَفْتَرِقُ إُمَّتِيْ عَلٰى ثَلاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةَ ” رواه ابن حبان

”Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, kaum Nashrani telah terpecah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan. Dan umatku akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan”. HR Ibnu Hiban

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- telah memperingatkan akan bahaya perpecahan sebagaimana sabda beliau :

” وَإيَّاكمْ وَالفرْقة ” رواه الترمذي

“Jauhilah perpecahan” HR Tirmizi

Beliau mengabarkan sebagai warning bakal terjadinya perpecahan itu pada umat ini. Sabda beliau :

” فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثيْراً “

“Sesungguhnya barang siapa yang hidup di antara kalian sesudah aku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak”.  HR Ahmad

Allah –subhanahu wa ta’ala- melarang hamba-hambaNya berbecah. Firman Allah:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا [ آل عمران/ 103]

“Dan berpeganglah kalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai”. Qs Ali Imran: 103

DijelaskanNya bahwa jalan Allah hanyalah satu; maka setiap jalan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah jalan setan yang akan mencerai-beraikan dan menjauhkan manusia dari Tuhannya yang Maha Penyayang. Firman Allah:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ [ الأنعام/153]

“Dan bahwa ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya”. Qs Al-An’am : 153

Allah –subhanahu wa ta’ala- berpesan kepada seluruh umat manusia sebagaimana yang Dia pesankan kepada para nabi, yaitu menegakkan agama karena Allah dan menjauhi perpecahan. Firman Allah:

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ [ شورى / 13]

“Dia telah mensyari’atkan bagi kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepada kalian dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah”. Qs Syura : 13

 

Allah –subhanahu wa ta’ala- mencela perpecahan sekaligus pelakunya. Firman Allah:

” وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ ” [ البقرة/ 176]

“ Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh”. Qs Albaqarah : 176

Allah –subhanahu wa ta’ala- menggambarkan kondisi riel mereka dalam firmanNya:

فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ [ المؤمنون/ 53]

“Kemudian mereka menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan; tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada masing-masing”. Qs Al-Mu’minun : 53

Bergelimang dalam kondisi yang demikian merupakan ciri-ciri orang-orang munafik.  Firman Allah:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ [ التوبة / 107]

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ialah orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin”. Qs At-Taubah : 107

Itu menjadi watak mereka. Firman Allah :

تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْقِلُونَ [ الحشر/ 14]

“ Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah”. Qs Al-Hasyr : 14

Dan itu pula ciri khas tradisi Jahiliyah. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-:

“مَنْ خَرَجَ مِنْ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً ” رواه مسلم

“Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tidak mau bergabung dengan kelompok (kaum muslimin) lalu ia mati, maka matinya dalam kondisi jahiliyah.” HR. Muslim

Allah –subhanahu wa ta’ala- melarang meniru dan menempuh jalan kaum yang suka berpecah belah. Firman Allah :

وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ [ آل عمران/ 105]

“Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka”. Qs Ali Imran : 105

Allah –subhanahu wa ta’ala- menyatakan terbebasnya Rasul –shallallahu alaihi wa sallam- dari kaum yang bercerai-berai itu. Firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ [ الأنعام / 159 ]

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi berkelompok-kelompok, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka”. Qs Al-An’am : 159

Mereka menyempal dari ajaran Rasul –shallallahu alaihi wa sallam- dan berseberangan dengan kaum muslimin. Firman Allah:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا [ النساء / 115]

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali”. Qs An-Nisa : 115

Perpecahan yang paling berat adalah berpaling dari Tauhid (peng-Esaan) kepada Allah Tuhan semesta alam. Firman Allah :

وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ [ يونس/ 106]

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian),  maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim”. Qs Yunis : 106

Sebagaimana halnya perbuatan mengada-ada dalam beragama merupakan penyimpangan pula dalam meneladani sebaik-baik Rasul. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ” متفق عليه

 “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. Muttafaq alaihi

Menyempal dari para pemimpin dan penguasa, demikian pula merebut kekuasaan dari pemiliknya merupakan kerusakan besar. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-:

” مَنْ نَزَعَ يَدًا مَنْ طَاعَةِ اللهِ ،  فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ وَهُوَ مَفَارِقٌ لِلْجَمَاعَةِ، فَإِنَّهُ يَمُوتُ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً ” رواه أحمد

“Barangsiapa yang mencabut tangannya dari mentaati imam, maka dia kelak hari kiamat tidak memiliki argumen. Dan barangsiapa mati dalam kondisi memisahkan diri dari kelompok kaum muslimin, maka ia mati dalam kondisi Jahiliyah”. HR Ahmad

Para Ulama adalah teladan baik dalam masyarakat. Mereka adalah figur-figur yang paling layak untuk hidup rukun dan bersatu padu, sebab perpecahan di antara mereka akan memicu tertolaknya kehadiran mereka.

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- berpesan kepada Muaz dan Abu Musa Asy’ari –radhiyallahu anhuma- ketika beliau mengutus mereka ke Yaman :

” يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا،وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا ” متفق عليه

“Permudahlah, jangan kalian persulit. Berilah kabar gembira, jangan kalian takut-takuti. Bekerjasamalah, janganlah berselisih”. Muttafaq alaihi

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam – melarang kita berpecah-belah dalam kebenaran. Sabda beliau :

” اقْرَءُوا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ قُلُوبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فِيْهِ فَقُومُوا ” متفق عليه

“Bacalah Al-Qur’an selama menjadikan hati kalian bersatu padu, namun jika kalian berselisih, tinggalkanlah”. Muttafaq alaihi

Bercerai-berai dan tidak bersatu dalam melaksanakan shalat merupakan buah dominasi setan. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ، فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ ” رواه أبو داود

“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah mendominasi mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang mencar”. HR Abu Dawud

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- menyatakan ketidak sukaannya terhadap sikap cerai-berai ketika menunggu shalat. Jabir Bin Samurah –radhiyallahu anhu- berkata : Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- datang menemui kami. Jabir menuturkan : Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- melihat kami saling mengelompok, lalu berkata :

” مَا لِى أرَاكُمْ عِزيْنَ – يَعْنِى مُتفرقين ” رواه مسلم

“Mengapa kalian aku lihat saling mengelompok, artinya saling memencar ?”. HR Muslim.

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- melarang membuat perselisihan shaf-shaf dalam shalat. Beliau memperingatkan keras kepada para pelakunya akan perpecahan mereka dalam haluan. Menurut beliau hal itu akan mengakibatkan perselisihan hati mereka. Sebab perselisihan di permukaan akan membawa perselisihan dalam batin mereka. Sabda nabi –shallallahu alaihi wa sallam-:

” لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ ” رواه مسلم

“Hendaklah kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menyelisihkan di antara haluan kalian.” HR. Muslim

Berselisih dengan Imam dalam shalat adalah bentuk perselisihan dan perpecahan yang dilarang oleh Islam. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” إنما جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فلا تَخْتَلِفُوا علَيْهِ ” رواه البخاري

“Seseorang dijadikan imam hanyalah untuk diikuti, maka janganlah kalian berselisih dengannya”. HR Bukhari

Sebagaimana perpecahan dalam urusan agama dilarang, Islam-pun melarang perpecahan dalam urusan duniawi; Oleh karenanya, berkumpul mengerumuni makanan dapat mendatangkan keberkahan, sedangkan bercerai-berai ketika makan dapat menghinlangkan keberkahan makanan.

          Ada sekelompok orang mengadu kepada Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Kata mereka : “Kami semua makan tetapi tidak merasa kenyang”. Sabda beliau : “Mungkin kalian memencar”. Jawab mereka, “Ya, benar”. Beliau bersabda : “Mengumpullah kalian di depan hidangan kalian, dan sebutlah nama Allah ketika makan, maka kalian mendapatkan keberkahan pada makanan itu”. HR Abu Dawud.

Ketika dalam bepergian, Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- anggap memencar dari rombongan sebagai langkah menempuh jalan setan. Sabda beliau:

” إنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِيْ هَذِهِ الشِّعَابِ وَ الأوِدِيَةَ إنَّما ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ ” رواه أبو داود

“Sesungguhnya berpencarnya kalian ke bukit-bukit dan lembah-lembah merupakan langkah setan”. HR Abu Dawud

Dalam hubungan dengan sesama dalam masyarakat, Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- melarang sikap saling tidak menegur dan saling memutuskan hubungan antara kaum muslimin. Sabda Nabi :

” لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ ” متفق عليه

“Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari; saat keduanya bertemu yang ini berpaling dan yang lain juga berpaling. Namun yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam”. Muttafaq alaihi

Dalam sabdanya, beliau mengabarkan :

” إنَّ أبْوَابَ الجَنَّةِ يَوْمَ الاثنَيْنِ وَيَوْمَ الخَمِيْسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٌ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا إلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَه وَبَيْنَ أخِيْهِ شَحْنَاء فيُقالُ: أنظُرُوْا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أنظُرُوْا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أنظُرُوْا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا ، ” رواه مسلم

“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dirinya dengan saudaranya. Maka dikatakan: ‘Tangguhkanlah  kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” HR Muslim

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- melarang sikap fanatisme golongan dan yel-yel jahiliah. Ada seorang lelaki Anshar memanggil : “Wahai kebanggaanku kaum Anshar”, lalu di pihak lain-pun memanggil, “Wahai kebanggaanku kaum Muhajirin”. Maka Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- berseru :

” مَا بَالُ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ ، دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ ” متفق عليه

 “Mengapakah masih ada yel-yel Jahiliyah, tinggalkanlah karena semua itu telah membusuk”. Muttafaq alaihi.

          Allah –subhanahu wa ta’ala- tidak menyukai dan tidak meridhai perpecahan  pada hamba-hambaNya dalam urusan agama dan duniawi. Tidaklah muncul suatu perpecahan di antara mereka melainkan datang dari selain Allah. Dasar-dasar syariat menunjukkan larangan setiap faktor yang dapat menimbulkan perpecahan dan persengketaan. Itulah hikmah yang dimaksudkan dalam pelarangan menurut agama yang dibawa oleh para rasul. Oleh sebab itu, setiap faktor yang menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslimin dilarang; seperti berburuk sangka, mendengki, memata-matai, mengadu-domba, praktek riba, menjual suatu barang yang telah dibeli orang lain, meminang atas peminangan saudara sesama muslim, mengintip aurat sesama dan melakukan penipuan.

          Allah –subhanahu wa ta’ala- memerintahkan berkata yang manis, dan melarang ucapan yang kotor demi keutuhan dan persatuan serta mencegah kebalikannya. Firman Allah :

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ [ الإسراء / 53]

“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan  itu menimbulkan perselisihan di antara mereka”. Qs Al-Isra’ : 53

Faktor terbesar yang menyebabkan perpecahan adalah menyekutukan Allah. Itulah pencetus perselisihan dengan memunculkan berbagai macam sesembahan selain Allah. Firman Allah :

وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ، مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا [ الروم/ 31-32]

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan”. Qs Al-Rum : 31-32

Sementara itu, kaum muslimin semenjak Allah menciptakan Adam –alaihissalam- sampai hari kiamat tidaklah menyembah kecuali kepada Tuhan yang Esa. Demikian pula berpaling dari Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan jalan mulus bagi munculnya perpecahan dan persengketaan. Maka orang-orang yang berpaling dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sesungguhnya adalah kelompok orang-orang yang bercerai-berai hingga hari kiamat.

Setiap manusia yang meninggalkan sebagian perintah Allah, akan muncul di antara mereka permusuhan dan perpecahan. Maka orang yang mengamalkan sebagian isi Al-Qur’an dan meninggalkan sebagian lainnya, dapat diserupakan dengan orang-orang yang disindir oleh Allah dalam firmanNya :

وَمِنَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ [ المائدة/ 14]

“Dan diantara orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani”, ada yang telah Kami ambil Perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang terlah diperingatkan kepada mereka itu; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian  sampai hari kiamat. Qs Al-Maidah : 14

Mengikuti teks-teks suci yang tergolong mutasyabihat (mengandung multi makna) berpotensi menyimpang bagi pengikutnya, dan itu merupakan ujian bagi manusia. Firman Allah :

فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ [آل عمران/ 7]

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya”. Qs Ali Imran : 7

Memasuki pintu syubhat dan mengikuti kemauan hawa nafsu merupakan penyakit yang merusak umat dan memecah-belah generasi muslim. Firman Allah :

كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالا وَأَوْلادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ [التوبة/ 69]

“Seperti keadaan orang-orang sebelum kalian, mereka lebih kuat dari pada kalian, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya kalian. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kalian telah menikmati bagian kalian sebagaimana orang-orang yang sebelum kalian menikmati bagian mereka, dan kalian membicarakan (hal yang batil) sebagaimana mereka membicarakannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka adalah orang-orang yang merugi”. Qs At-Taubah : 69

Mengikuti jalur setan akan berujung pada perpecahan, sebagaimana firman Allah:

وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ [ الأنعام/ 153]

“Dan janganlah kalian  mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalanNya”. Qs Al-An’am: 153

Tidak ada suatu kaum yang arogan melainkan mereka terpecah. Firman Allah :

وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ[آل عمران/ 19]

“Tidak berselisih orang-orang yang telah diberi Al kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka”. Qs Ali Imran : 19

Apapun perbedaan yang muncul dari hawa nafsu, fanatisme, arogansi, sikap mengekor, kepongahan dan keberpihakan, sesungguhnya adalah jalan menuju perpecahan yang harus dihindari.

          Persaingan urusan duniawi menyebabkan permusuhan dan kebencian. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” فَوالله مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ ، وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا ، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ ” متفق عليه

“Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun bersaing dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa, sebagaimana telah membinasakan mereka”. Muttafaq alaihi

 

          Kehidupan masyarakat yang terpecah-belah selalu terpencar. Setan mengalami frustrasi untuk disembah oleh para penyembahnya di Jazirah Arab, tetapi dia merasa puas dengan memprofokasi antar mereka. Sebab bagi setan sangat sulit menguasai suatu kaum kecuali setelah mereka terpecah belah. Itulah sebabnya, Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- berpesan :

“عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ ، وَهُوَ مِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ” رواه الترمذي

“Berpegang-teguhlah pada kelompok kaum muslimin dan jauhilah perpecahan, karena sesungguhnya setan itu  menyertai orang yang sendirian, sedangkan pada dua orang ia lebih jauh”. HR Tirmizi

Prajurit Iblis yang kedudukannya paling dekat kepadanya adalah setan yang paling mampu memecah-belah umat. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” إنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ ” رواه مسلم

 

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus pasukannya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling lihai cara menggodanya. Datanglah salah seorang di antara pasukannya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali belum berbuat apa-apa”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak membiarkannya hingga aku berhasil memisahkan antara dia dengan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat setan seperti engkau”. HR Muslim

Perselisihan dalam beragama, tunduk pada hawa nafsu dan pendapat yang menyesatkan dapat menghambat jalan Allah dan agamaNya, berikut menyimpang dari jalan para nabi dan pandangan hidup mereka. Semua para Nabi diperintahkan untuk menegakkan agama karena Allah dan bersatu-padu membela kebenaran, jauh dari perpecahan.

Jika terjadi perselisihan, maka rusaklah agama para pelakunya, pesan Al-Qur’an terabaikan, hawa nafsu menguasai mereka, dan hilanglah otoritas ilmu dan petunjuk. Akibat perpecahan, hati mereka berselisih dan ikatan persaudaraan terputus. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

” وَلَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ ” رواه أبو داود

“Janganlah kalian berselisih, sehingga hati kalian akan berselisih pula.”. HR Abu Dawud.

Perpecahan menyebabkan permusuhan dan kebencian. Firman Allah :

وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ [ آل عمران/ 103]

“Dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian  ketika kalian dahulu saling bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian”. Qs Ali Imran : 103

Bilamana terjadi perpecahan, maka terpampanglah beban yang memberatkan, berikut meletuslah peperangan dan pertumpahan darah. Firman Allah :

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا[البقرة / 253]

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-rasul itu, setelah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih”. Qs Albaqarah: 203

Tidak ada suatu kaum yang berpecah-belah melainkan mereka akan nista dan lemah. Firman Allah :

وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ [ الأنفال/ 46]

“Dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian”. Qs Al-Anfal : 46

Bilamana perpecahan telah terjadi pada suatu umat, itu pertanda turunnya kemurkaan Allah terhadap mereka. Firman Allah :

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ” [ الأنعام / 65]

“Katakanlah: ” Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan (yang saling bertentangan) dan  merasakan kepada sebahagian kalian  keganasan sebahagian yang lain”. Qs Al-An’am 65

          Menurut Ibnu Abbas –radhiyallahu anhu- itu adalah “hawa nafsu dan perselisihan”. Hukuman dosa perpecahan yang disegerakan adalah dominasi musuh. Allah –subhanahu wa ta’ala- menjanjikan kepada Nabi-Nya :

” أَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا ” رواه مسلم

“Aku tidak akan memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang kelompok mereka, walaupun musuh mengepung mereka dari segala penjurunya, hingga akhirnya sebagian dari mereka (umatmu) membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain.” HR. Muslim

Persengketaan, perselisihan dan perpecahan, berakibat hilangnya kebenaran, hancurnya sendi-sendi agama, munculnya peyerupaan terhadap kaum musyrikin, merajalelanya kesesatan dan komentar-komentar tanpa dasar ilmu yang dapat mengalihkan seseorang dari pengamalan agama, pengkajian ajarannya dan penyebaran dakwahnya, disamping dapat melumpuhkan simbul-simbul agama yang nampak, seperti beramar makruf dan nahi mungkar (kontrol sosial). Akibat perpecahan pula nikmat yang merupakan karunia Allah menghilang.

          Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- pernah diperlihatkan tentang nikmat Lailatul-Qadr, lalu beliau keluar untuk memberitahukan hal itu. Namun ada dua lelaki di antara kaum muslimin yang adu mulut (cekcok), maka beliau bersabda :

” إِنِّي خَرَجْتُ لأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَإِنَّهُ تَلاحَى فُلانٌ وَفُلانٌ فَرُفِعَتْ ” رواه البخاري

“Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang anugerah Lailatul-Qadr, namun karena si Fulan dan si Fulan saling memaki, maka ditariklah kembali anugerah itu”.HR Bukhari.

          Petaka akibat perpecahan adalah kehancuran. Sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-:

” لَا تَخْتَلفُوْا ، فَإنَّ مَنْ كَانَ قَبلكم اخْتلفوا فَهَلكوْا ” رواه البخاري

“Janganlah kalian berselisih! Sesungguhnya kaum sebelum kalian telah berselisih lalu mereka binasa.” HR. Bukhari

Di akhirat kelak wajah-wajah orang yang berpecah belah itu terlihat hitam. Firman Allah :

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ [ آل عمران/ 106]

“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam  muram  mukanya (kepada mereka dikatakan): “kenapa kalian kafir sesudah kalian beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu”. Qs Ali Imran: 106

Ibnu Abbas –radhiyallahu anhuma- berkata :

 “Wajah-wajah ahlus-Sunnah wal Jama’ah nampak putih, sedangkan wajah-wajah pelaku bid’ah dan perpecahan terlihat hitam”. Tangan Allah menggandeng orang-orang yang bersatu. Barangsiapa memencar, maka ia akan terpencar di neraka”.

Kaum muslimin sekalian!

          Perpecahan adalah kenistaan, persengketaan adalah kejahatan, perselisihan adalah kelemahan, dan perceraian adalah kerusakan urusan agama sekaligus dunia. Semua itu akan membuat musuh senang, melemahkan kekuatan umat, menghambat laju dakwah kepada Allah, menghalangi upaya penyebaran ilmu, menyempitkan dada, membuat hati gelap, mempersulit penghidupan, merampas waktu, mengalihkan perhatian seseorang dari beramal kebajikan dan berbuat aniaya terhadap generasi yang akan datang akibat tidak tersedianya sarana yang berguna bagi mereka.

          Orang yang cerdas adalah orang yang meninggalkan persengketaan dan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta melakukan perbaikan untuk dirinya dan orang lain.

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا [ النساء/59]

“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kakalian. kemudian jika kalian  berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah  kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik ta’wilnya”. Qs An-Nisa’ : 59

Semoga Allah mencurahkan keberkahan bagiku dan kalian semua berkat Al-Qur’an yang agung ….

 

============

 

 

 

Khotbah Kedua

Segala puji bagi Allah atas kebaikanNya. Puji syukur kepadaNya atas bimbinganNya dan anugerahNya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya sebagai sikap pengagungan terhadap urusanNya. Aku pun bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- adalah hambaNya dan RasulNya. Semoga Allah selalu menambah curahan rahmat dan salam kepada beliau beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya.

Kaum muslimin sekalian!

          Termasuk tujuan Islam terpenting ialah menyatukan kaum mulimin dan memadukan hati mereka serta mendamaikan persengketaan di antara mereka. Kondisi suatu umat tidak akan baik kecuali ketika mereka bersatu padu dalam kebenaran dan Islam. Allah –subhanahu wa ta’ala- menyatakan pentingnya persaudaraan kaum mukminin sebagaimana firmanNya:

”  إنَّمَا المُؤْمِنُوْنَ إخْوَةٌ ” [ الحجرات / 10]

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara”. Qs: Al-Hujurat: 10

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- memberikan gambaran tentang keberadaan orang-orang beriman dalam sabda beliau.

” مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى ” رواه مسلم

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. HR. Muslim

Dan sabda beliau :

” الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ” متفق عليه

 “ Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain”. Muttafaq alaihi

Itulah nikmat besar yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya sebagai anugerah dan kemurahan dariNya. Firman Allah :

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ [ الأنفال/63]

“Dan yang mempersatukan hati mereka, walaupun  kamu membelanjakan semua (kekayaan) di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” Qs Al-Anfal : 63

Maka, kewajiban seorang muslim adalah menjaga nikmat itu dengan lapang dada dan mencintai sesama serta selalu memberi nasihat kepada orang lain.

Ketahuilah bahwa Allah –subhanahu wa ta’ala- memerintahkan kalian bershalawat dan salam kepada Nabi-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang penuh hikmah :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [الأحزاب/ 56]

 “Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat dan salamlah kalian kepadanya dengan sesungguhnya”. Qs Al-Ahzab: 56

 

== Doa Penutup ==

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1709-bersatullah-dan-jangan-bercerai-berai.html